Lakatan Dalam Tradisi Selamatan Pada Masyarakat Banjar Di Kelurahan Kuin Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat


Abstract: 329 / Abstract: 104

Authors

  • Yuliani Yuliani Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Indonesia
  • Yusuf Hidayat Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Indonesia
  • Cucu Widaty Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.47753/je.v7i2.118

Keywords:

Lakatan, Makna Lakatan, Tradisi Selamatan

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Alasan  masyarakat menyajikan hidangan lakatan dalam tradisi selamatan dan (2) Makna lakatan dalam tradisi selamatan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber  data  yang  dipilih  secara  Purposive sampling. Kriteria informan dalam penelitian ini yaitu (1) masyarakat yang turun-temurun melaksanakan tradisi selamatan dengan hidangan lakatan, (2) tokoh masyarakat yang biasa menjadi pemandu ritual dalam tradisi tersebut, (3) pembuat kue tradisional Banjar. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik observasi ke lapangan, wawancara mendalam dengan ke 5 informan, dan dokumentasi.  Selanjutnya analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Alasan masyarakat menyajikan lakatan dalam tradisi selamatan  yaitu sebagai pereda kesurupan, menambah daya ingat, kewajiban berkala dan wujud keharmonisan. (2) Makna lakatan dalam tradisi selamatan antara lain makna berdasar bahasa dan tekstur, makna berdasar warna-warna lakatan, dan makna berdasar bentuk-bentuk sajian lakatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan kepada masyarakat di  Kelurahan Kuin Selatan Banjarmasin yang mempercayai akan wajibnya hidangan lakatan dalam tradisi selamatan maupun yang tidak, agar tetap menjalankan tradisi sesuai dengan kaidah-kaidahnya, namun tidak menjadikan kepercayaan tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan dan juga  untuk masyarakat lainnya dapat memaklumi dan toleransi terhadap tradisi selamatan yang dilaksanakan.

References

A. Buku

Agus, Bustanuddin.2006. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daud, Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Danandjaja, James, 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:Grafiti.

Endraswan, Suwardi. 2013. Foklor Nusantara: Hakikat, Bentuk dan Fungsi.Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Geertz, Clifford. 1983. The Religion of Java. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Ideham, M. Suriansyah. 2007. Urang Banjar dan Kebudayaannya. Banjarmasin: Pustaka Banua.

Sumerta, I Made, I Made Sendra, Ni Luh Ariani & Yufiza. 2013. Fungsi dan Makna Upacara Ngusabe Gede Lanang Kapat. Yog.akarta: Penerbit Ombak.

Syarifuddin, Attabranie Kasuma, Sabrie Hermanto & Syahrir. 1992. Makanan : Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan. Diterjemahkan dari bahasa Inggris Oleh Alimandan. Jakarta: Prenada Media Group.

Yunus, Ahmad. 1985. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Skripsi

Erlina, Risa, 2010. Makna Piduduk dalam Tradisi Basunat di Desa Batalang kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Keguruan

Downloads

Published

2022-05-25

Issue

Section

Articles